Materi PAI Kelas 10 Bab 5 Meneladani Perjuangan Rasulullah saw di Mekah.
Kerasulan Nabi Muhammad saw. dan Wahyu Pertama
Menurut beberapa riwayat yang śaĥiĥ, Nabi Muhammad saw. pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17 Ramadhan saat usianya 40 tahun.
Malaikat Jibril datang untuk membacakan wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw., yaitu Q.S. al-‘Alāq, sebagai berikut:
Kemudian, Nabi Muhammad saw. menerima ayat-ayat al-Qur’ān secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun.
Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat al-Qur’ān turun disertai oleh Asbābun Nuzûl.
Asbābun Nuzûl adalah sebab/kejadian yang mendasari turunnya ayat.
Ayat-ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama al-Musḥaf yang juga dinamakan al-Qur’ān.
Ajaran-Ajaran Pokok Rasulullah saw. di Mekah
Rasulullah saw. diutus oleh Allah Swt. untuk membawa ajaran tauĥid.
Banyak sekali ayat al-Qur’ān yang memerintahkan beliau agar menyampaikan keimanan sebagai pokok ajaran Islam yang sempurna.
Allah Swt. berfirman yang artinya:
“Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah Swt., Yang Maha Esa. Allah Swt. tempat meminta segala sesuatu. (Allah Swt.) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (Q.S. al-Ikhlaś/112:1-4)
Ajaran tauĥid ini berbekas sangat dalam di hati Nabi dan para pengikutnya, sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat, mapan, dan tak tergoyahkan.
Dalam hal akhlak, Nabi Muhammad saw. tampil sebagai teladan yang baik (ideal).
Sejak sebelum menjadi nabi, ia telah tampil sebagai sosok yang jujur sehingga diberi gelar oleh masyarakatnya sebagai al-Amin (yang dapat dipercaya).
Selain itu, Nabi Muhammad saw. merupakan sosok yang suka menolong dan meringankan beban orang lain.
Ia juga membangun dan memelihara hubungan kekeluargaan serta persahabatan.
Nabi Muhammad saw. tampil sebagai sosok yang sopan, lembut, menghormati setiap orang, dan memuliakan tamu.
Selain itu, Nabi Muhammad saw. juga tampil sebagai sosok yang berani dalam membela kebenaran, teguh pendirian, dan tekun dalam beribadah.
Nabi Muhammad saw. mengajak agar sikap dan perilaku yang tidak terpuji yang dilakukan masyarakat Arab seperti berjudi, meminum minuman keras (khamr), berzina, membunuh, dan kebiasaan buruk lainnya untuk ditinggalkan.
Selain karena pribadi Nabi Muhammad saw. dengan akhlaknya yang luhur, ajaran untuk memperbaiki akhlak juga bersumber dari Allah Swt. dalam Firman- Nya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwallah kepada Allah Swt. agar kamu mendapat rahmat.” (Q.S. al-Ḥujurāt/49:10)
Strategi Dakwah Rasululah saw. di Mekah
Ada dua tahapan yang dilakukan Rasulullah saw. dalam menjalankan misi dakwah tersebut, yaitu:
- Secara sembunyi-sembunyi
- Secara terang-terangan
Dakwah secara Rahasia/Diam-Diam (al-Da’wah bi al-Sirr)
Agar tidak menimbulkan keresahan dan kekacauan di kalangan masyarakat Quraisy, Rasulullah saw. memulai dakwahnya secara sembunyi-sembunyi (al-Da’wah bi al-Sirr).
Rumah Rasulullah saw (Dārul Arqam) dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah.
Orang-orang pertama (as-sābiqunal awwalūn) yang mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw. dan menyatakan keislamannya adalah:
- Siti Khadijah (istri),
- Ali bin Abi Ţhalib (adik sepupu),
- Zaid binĤarișah (pembantu yang diangkat menjadi anak),
- Abu Bakar Siddik (sahabat)
Setidaknya ada 4 alasan utama mengapa mereka dapat menerima Islam dan meyakini bahwa Islam adalah yang paling sempurna:
- Pribadi Rasulullah saw. yang begitu luhur dan agung
- Ajaran Islam yang rasional, logis, dan universal, menghargai hak-hak asasi manusia, memberikan hak yang sama, keadilan, dan kepastian hidup setelah mati.
- Menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya
- Kesadaran akan tradisi dan kebiasaan-kebiasaan lama yang begitu jauh dari nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan.
Berdakwah secara diam-diam atau rahasia (al-Da’wah bi al-Sirr) ini dilaksanakan Rasulullah saw. selama lebih kurang tiga tahun.
Dakwah secara Terang-terangan (al-Da’wah bi al-Jahr)
Dakwah secara terang-terangan (al-Da’wah bi al-Jahr) dimulai ketika Rasulullah saw. menyeru kepada orang-orang Mekah, saat itu turun wahyu Allah Swt. agar Rasulullah saw. melakukannya secara terang-terangan dan terbuka.
Mengenai hal tersebut, Allah Swt. berfirman, yang artinya:
“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” (Q.S. al- Ḥijr/15:94).
Baca pula firman Allah dalam Q.S. asy-Syua’ara/26:214-216.
Setelah berdakwah secara terang-terangan jumlah pengikut Nabi Muhammad Saw. semakin banyak dan tentu saja kaum Quraisy semakin tidak terima kenyataan tersebut.
Berbagai usaha dilakukan diantaranya:
- Membujuk Abu Talib agar menghentikan dakwah Nabi, namun ditolak oleh Abu Talib
- Menghina, mencemooh, bahkan melempar kotoran kepada Nabi Muhammad Saw. yang tentu saja tidak membuat Nabi gentar sedikitpun.
- Menyiksa para pemeluk agama Islam, seperti yang terkenal adalah kisah Bilal.
- Mengutus Utbah bin Rabi’ah untuk menawarkan Harta dan Tahta namun ditolak dengan surat Al-Sajdah, malah Utbah yang insaf setelah mendengarnya haha.
Reaksi Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah saw.
Sebagaimana yang telah disinggung pada bagian sebelumnya, kaum kafir Quraisy terus berupaya menggalang kekuatan agar Rasulullah saw. dan upayanya dalam penyebaran ajaran Islam dapat dihentikan.
Ada beberapa alasan kaum kafir menolak dan menentang ajaran yang dibawa Rasulullah saw, di antaranya karena mereka memiliki sifat :
- Kesombongan dan Keangkuhan
- Fanatisme Buta terhadap Leluhur
- Eksistensi dan Persaingan Kekuasaan
Contoh-Contoh Penyiksaan Quraisy terhadap Rasulullah saw. dan Para Pengikutnya
Berikut adalah contoh-contoh penyiksaan kafir Quraisy terhadap Rasulullah saw. dan para pengikutnya:
- Suatu hari, Abu Jahal melihat Rasulullah saw. di Śafa, ia mencerca dan menghina tetapi tidak ditanggapi oleh Rasulullah saw. dan ia beranjak pulang. Kemudian, Abu Jahal pun bergabung dengan kelompoknya kaum Quraisy di samping Ka’bah. Mendengar kejadian tersebut, Hamzah, paman Rasulullah saw., marah seraya bangkit mencari Abu Jahal. Ia kemudian menemukan Abu Jahal yang sedang duduk di samping Ka’bah dengan kelompoknya kaum Quraisy. Tanpa banyak bicara, ia langsung mengangkat busur dan memukulkannya ke kepala Abu Jahal hingga tengkoraknya terluka. “Engkau mencerca dia (Rasulullah saw.), padahal aku sudah memeluk agamanya. Aku menempuh jalan yang ia tempuh. Jika mampu, ayo, lawan aku!” tantang Hamzah.
- Suatu hari, Uqbah bin Abi Mu’iţ melihat Rasulullah saw. berţawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat leher Rasulullah saw. dengan sorbannya dan menyeret ke luar masjid. Beberapa orang datang menolong Rasulullah saw. karena takut kepada Bani Hasyim.
- Penyiksaan lain dilakukan oleh pamannya sendiri, yaitu Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil yang tiada tara kejinya. Rasulullah saw. bertetangga dengan mereka. Mereka tak pernah berhenti melemparkan barang-barang kotor kepadanya. Suatu hari mereka melemparkan kotoran domba ke kepala Nabi. Sekali lagi Hamzah membalasnya dengan menimpakan barang yang sama ke kepala Abu Lahab.
- Quraisy memboikot kaum muslimin
Perjanjian Aqabah
Kerasnya penolakan dan perlawanan Quraisy, mendorong Nabi Muhammad saw. melancarkan dakwahnya kepada kabilah-kabilah Arab di luar suku Quraisy.
Namun hasilnya nihil malah dihina, diejek, dan dilempari oleh mereka.
Sehingga Nabi Muhammad saw. berkesimpulan bahwa tidak mungkin lagi mendapat dukungan dari Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. mengalihkan dakwahnya kepada kabilah-kabilah lain yang ada di sekitar Mekah yang datang berziarah setiap tahun ke Mekah.
Tak berapa lama kemudian, tanda-tanda kemenangan datang dari Yașrib (Madinah).
Selain itu ada juga dari suku Khazraj yang sangat positif serta antusias untuk bergabung dengan Islam.
Pada musim ziarah tahun berikutnya, datanglah 12 orang penduduk Yașrib menemui Nabi Muhammad saw. di Aqabah.
Di tempat ini mereka berikrar kepada Nabi yang kemudian dikenal dengan Perjanjian Aqabah I.
Pada Perjanjian Aqabah I ini, orang-orang Yașrib berjanji kepada Nabi untuk:
- tidak menyekutukan Tuhan,
- tidak mencuri,
- tidak berzina,
- tidak membunuh anak-anak,
- tidak mengumpat dan memfitnah baik di depan atau di belakang,
- jangan menolak berbuat kebaikan.
- Siapa mematuhi semua itu akan mendapat pahala surga dan kalau ada yang melanggar, persoalannya kembali kepada Allah Swt.
Pada tahun 622 M, peziarah Ya¡rib yang datang ke Mekah berjumlah 75 orang, dua orang di antaranya perempuan.
Malam itu, Nabi Muhammad saw. ditemani oleh pamannya, Abbas bin Abdul Muṭṭalib (yang masih memeluk agama nenek moyangnya) menemui orang-orang Yașrib.
Pertemuan malam itu kemudian dikenal dalam sejarah sebagai Perjanjian Aqabah II.
Pada malam itu, mereka berikrar kepada Nabi sebagai berikut:
“Kami berikrar, bahwa kami sudah mendengar dan setia di waktu suka dan duka, di waktu bahagia dan sengsara,kami hanya akan berkata yang benar di mana saja kami berada, dan di jalan Allah Swt. ini kami tidak gentar terhadap ejekan dan celaan siapapun.”
Peristiwa Hijrah Kaum Muslimin
Hijrah ke Abisinia (Habsyi)
Untuk menghindari bahaya penyiksaan, Nabi Muhammad saw. menyarankan para pengikutnya untuk hijrah ke Abisinia (Habsyi).
Para sahabat pergi ke Abisinia dengan dua kali hijrah.
Hijrah pertama sebanyak 15 orang; sebelas orang laki-laki dan empat orang perempuan.
Mereka berangkat secara sembunyi-sembunyi dan sesampainya di sana, mereka mendapatkan perlindungan yang baik dari Najasyi (sebutan untuk Raja Abisinia).
Ketika mendengar keadaan Mekah telah aman, mereka pun kembali lagi.
Namun, mereka kembali mendapatkan siksaan melebihi dari sebelumnya.
Karena itu, mereka kembali hijrah untuk yang kedua kalinya ke Abisinia (tahun kelima dari kenabian atau tahun 615 M).
Kali ini mereka berangkat sebanyak 80 orang laki-laki, dipimpin oleh Ja’far bin Abi Ţalib.
Mereka tinggal di sana hingga sesudah Nabi hijrah ke Yașrib (Madinah).
Peristiwa hijrah ke Abisinia ini dipandang sebagai hijrah pertama dalam Islam.
Hijrah ke Madinah
Peristiwa Ikrar Aqabah II ini diketahui oleh orang-orang Quraisy.
Sejak itu tekanan, intimidasi, dan siksaan terhadap kaum muslimin makin meningkat.
Kenyataaan ini mendorong Nabi segera memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Yașrib.
Dalam waktu dua bulan saja, hampir semua kaum muslimin, sekitar 150 orang telah berangkat ke Yașrib.
Hanya Abu bakar dan Ali yang masih menjaga dan membela Nabi di Mekah.
Akhirnya, Nabi pun hijrah setelah mendengar rencana Quraisy yang ingin membunuhnya.
Nabi Muhammad saw. dengan ditemani oleh Abu Bakar berhijrah ke Yasrib.
Sesampai di Quba, 5 km dari Yașrib, Nabi beristirahat dan tinggal di sana selama beberapa hari.
Nabi menginap di rumah Umi Kalsum bin Hindun.
Di halaman rumah ini Nabi membangun sebuah masjid.
Inilah masjid pertama yang dibangun pada masa Islam yang kemudian dikenal dengan Masjid Quba.
Tak lama kemudian, Ali datang menyusul setelah menyelesaikan amanah yang diserahkan Nabi kepadanya pada saat berangkat hijrah.
Ketika Nabi memasuki Yașrib, ia dielu-elukan oleh penduduk kota itu dan menyambut kedatangannya dengan penuh kegembiraan.
Sejak itu, nama Yasrib diganti dengan Madinatun Nabi (kota Nabi) atau sering pula disebut dengan Madinatun Munawwarah (kota yang bercahaya).
Dikatakan demikian karena memang dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh penjuru dunia.
Menerapkan Perilaku Mulia
Beberapa perilaku mulia yang dapat kita teladani dari pelajaran ini yaitu:
- Memiliki Sikap Tangguh
- Memiliki Jiwa Berkorban
Apabila kalian sudah cukup memahami materi ini, coba juga latihan soal materi ini pada link dibawah ini:
Latihan Soal PAI Kelas 10 Bab 5
Sekian rangkuman yang dapat Admin bagikan kali ini tentang rangkuman Materi PAI Kelas 10 Bab 5.
Jangan lupa share ke teman teman kalian apabila kalian merasa artikel ini bermanfaat untuk kalian.
Posting Komentar
Posting Komentar