Berikut ini Materi PAI Kelas 11 Bab 5 Meneladani Jejak Langkah Ulama Indonesia yang Mendunia sesuai dengan Kurikulum Merdeka Tahun 2022.
Rangkuman PAI Kelas XI Bab 5 Kurikulum Merdeka "Meneladani Jejak Langkah Ulama Indonesia yang Mendunia"
1. Indonesia merdeka tidak lepas dari tugas para Ulama Indonesia. Banyak sekali nama-nama yang dapat kita sodorkan dan menjadi pengingat wacana jejak mereka dalam memerdekakan Indonesia, yang telah kita kenal, antara lain: Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Pangeran Antasari, dll.
2. Materi bimbing ini, agak berbeda ialah Ulama Indonesia yang bukan cuma memberi sumbangsih besar untuk Indonesia, tetapi mewarnai paras dunia hingga dikala ini. Mereka itu, antara lain: Abu Abdul Mu’thi Nawawi al-Tanari al-Bantani, Syaikh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati alMakasari, Abdus Samad bin Abdullah al-Jawi al-Palimbani, Nuruddin bin Ali ar-Raniri, Syekh Abdurauf bin Ali al-Singkili, Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani, Hamzah al-Fansuri.
3. Syekh Nawawi pernah menjadi imam di Masjidil Haram. Gelarnya Sayyidul Hijaz. Di daerah Asia Tenggara, utamanya di dunia pesantren, karya-karyanya masih dipelajari, dikaji, dan ditelaah.
4. Jejak dakwah Syekh Yusuf Tajul Khalwati dimulai dari Gowa, Sulawesi Selatan, kemudian diasingkan ke Srilanka (Asia Selatan, bersahabat India) ke Afrika Selatan. Presiden Nelson Mandela menyebutnya sebagai ‘Salah Seorang Putra Afrika Terbaik’.
5. Syekh Abdus Samad ialah pelopor perkembangan intelektualisme Nusantara Indonesia. Ketokohannya melengkapi ulama seangkatannya, contohnya Nuruddin ar-Raniri, Muhammad Arsyad al-Banjari, Hamzah Fansuri, Yusuf al-Makasari, dan masih banyak lainnya.
6. Ilmu Syekh Nuruddin sungguh luas yang meliputi bidang sejarah, politik, sastra, filsafat, fikih, dan mistisisme (tasawuf). Beliau juga negarawan, hebat fikih, teolog, sufi, sejarawan dan sastrawan penting dalam sejarah Melayu pada periode ke-17.
7. Syekh Nuruddin menulis beberapa kitab. Mendalami juga Hikayat Seri Rama dan Hikayat Inderaputera, yang lalu dikritiknya dengan tajam, serta Hikayat Iskandar Zulkarnain. Didalami pula buku Tāj as-Salātīn karya Bukhari al-Jauhari dan Sulālat as-Salātīn.
8. Syekh Abdul Rauf menjadi tumpuan penting para mubalig yang merintis dakwah ke aneka macam daerah di Nusantara. Hal itu sejalan dengan sifat strategis Aceh selaku poros peradaban Islam di Nusantara. Saat itu, Aceh menjadi tempat persinggahan kandidat jamaah haji asal Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain.
9. Kiai Sholeh Darat menjadi salah satu pengajar di Makkah. Muridnya berasal dari seluruh penjuru dunia, termasuk dari Jawa dan Melayu, antara lain: Hadratu Syekh KH Hasyim Asy’ari (Pendiri NU), KH Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), KH Amir Idris (pekalongan), KH Dahlan Tremas, KH Dimyathi Tremas, KH Dalhar Watucongol (Magelang), dan masih banyak lagi.
10. Sepanjang hayatnya, Syekh Hamzah Fansuri tidak hanya fasih berbahasa Melayu, namun juga Jawa, Siam, Hindi, Arab, dan Persia. Bahasa Arab dan Persia merupakan bahasa penting pada periode ke-16. Saat itu, di Barus sudah berkembang suatu dialek bahasa Melayu yang unggul, di samping dialek Malaka dan Pasai.
BAB | Judul Materi | Rangkuman |
1 | Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai Iptek | Baca Rangkuman |
2 | Bukti Beriman: Memenuhi Janji, Mensyukuri Nikmat, Memelihara Lisan, Menutupi Aib Orang Lain | Baca Rangkuman |
3 | Menghindari Perkelahian Pelajar, Minuman Keras, dan Narkoba | Baca Rangkuman |
4 | Menebarkan Islam dengan Santun dan Damai Melalui Dakwah, Khutbah, dan Tablig | Baca Rangkuman |
5 | Meneladani Jejak Langkah Ulama Indonesia yang Mendunia | Baca Rangkuman |
Posting Komentar
Posting Komentar