Berikut ini SMAN2MGL Rangkum Materi PAI dan BP Kls 7 Bab 2 Meneladan Nama dan Sifat Allah Untuk Kebaikan Hidup sesuai dengan Buku Kurikulum Merdeka.
Untuk memperdalam materi pada Bab ini, kalian dapat terbantu oleh
beberapa kata atau kalimat kunci. Pahami beberapa kata kunci ini yaitu:
- Al-Asmā’ al-Husnā.
- Makna al-‘Alīm, al-Khabīr, al-Samī’ , dan al-Baṣīr.
- Perilaku percaya diri, tekun, teliti, menjadi pendengar yang baik, dan
visioner.
1. Nama-Nama Indah bagi Allah Swt.
Allah Swt. memiliki nama-nama yang indah. Hal ini dapat diperhatikan pada salah satu ayat-Nya :
Dan Allah memiliki Al-Asmā’ al-Husnā (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya al-Asmā’ al-Husnā itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan (Q.S. al-A’rāf/7: 180)
Al-Asmā’ al-Husnā dibentuk dari kata al-Asma’ (bentuk jamak) dari kata al-ism, memiliki arti “nama” dan al-Husna’ berarti “yang terbaik atau indah”. Dalam hal ini, al-Asmā’ al-Husnā dapat diartikan sebagai nama-nama-Nya yang baik dan indah.
Nama-nama tersebut menjadi salah satu bukti keagungan Allah Swt. Pengetahuan tentang sifat-Nya dan Al-Asmā’ al-Husnā terdapat pada alQur’an dan sunah. Dua hal ini merupakan kesempurnaan mutlak sifat sifat Allah Swt. dari segala kekurangan. Dengan memahaminya, keimanan seseorang dapat meningkat. Derajat keimanan seseorang dapat ditentukan oleh pengetahuan tentang tuhannya.
Di antara pendapat para ulama
yang paling populer adalah bahwa
jumlah al-Asmā’ al-Husnā adalah 99
buah. Pada salah satu hadis disebutkan
bahwa, “Sesungguhnya Allah Swt.
mempunyai sembilan puluh sembilan
nama, seratus kurang satu, barang siapa
yang menghafalkannya, maka ia akan
masuk surga”. (H.R. al-Bukhari).
Maksud hadis di atas memberikan
dorongan kepada kita untuk tidak
sekadar menghafalkannya. Apabila
kalian dapat menghafal, tentu bagus.
Akan tetapi, yang paling penting adalah memahami, merenungkan, dan
dapat menerapkan nilai-nilai agung yang ada pada al-Asmā’ al-Husnā untuk
kebaikan dalam menjalani kehidupan. Kita dituntut pula untuk menghindari
perilaku yang bertentangan dengan al-Asmā’ al-Husnā.
2. Makna al-‘Alīm, al-Khabīr, al-Samī’ , dan al-Baṣīr.
Mengenal Allah Swt melalui beberapa lafal al-Asmā’ al-Husnā.
Pada bab ini akan dipelajari beberapa al-Asmā’ al-Husnā , yaitu al-’Alīm,
al-Khabīr, al-Samī’, dan al-Baṣīr. Setelah mempelajari keempat al-Asmā’
al-Husnā ini, kalian diharapkan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
a. Al-’Alīm
Kata al-’Alīm terambil dari kata al-‘ilm, memiliki makna sesuatu yang
terjangkau sesuai dengan keadaan sebenarnya. Pengertian ini mengarah
pada sesuatu yang jelas dan tidak menimbulkan keraguan. Al-’Alīm dalam hal ini dapat diartikan pengetahuan
Allah Swt sangat jelas juga mengungkap
hal-hal yang kecil.
Allah Swt. mengetahui segala sesuatu yang telah dan akan terjadi.
Semuanya tidak luput dari pengetahuan-Nya. Semua kejadian dalam setiap
jalinan waktu berada dalam pengetahuan-Nya.Tak seorangpun yang dapat
bersembunyi.
Pengetahuan-Nya tiada batas.
Pengetahuan-Nya terhadap seluruh alam
semesta melampaui kemampuan otak manusia. Dengan pengetahuan seperti
ini, Allah Swt dapat memberikan ilmu kepada hamba yang dicintai oleh-Nya.
Mereka adalah orang yang taat melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Kita memohon kepada-Nya agar diberikan pengetahuan
melalui kemurahan-Nya.
Karakteristik pengetahuan Allah Swt. dapat dipahami pada Al-Qur’an
seperti pada ayat berikut:
"Dan kaumnya membantahnya. Dia (Ibrahim) berkata, “ Apakah kamu
hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi
petunjuk kepadaku? Aku tidak takut kepada (malapetaka dari) apa yang
kamu persekutukan dengan Allah, kecuali Tuhanku menghendaki sesuatu.
Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu. Tidakkah kamu dapat mengambil
pelajaran? (Q.S. al-An’ām/6: 80)"
Sifat al-‘Alīm pada Allah Swt mendorong manusia untuk memiliki
pengetahuan. Manusia diharapkan dapat memiliki ilmu untuk kemudahan
dalam mengarungi kehidupan di dunia. Dengan ilmu, kehidupan dapat
dilaksanakan dengan mudah.
Akan tetapi, pengetahuan manusia terbatas sesuai dengan kemampuan
yang diberikan oleh-Nya.
Ilmu yang dianugerahkan oleh-Nya menjadi
kehormatan baginya. Manusia dapat meraih ilmu berkat anugerah Allah
Swt. Akan tetapi, sedalam dan seluas apapun ilmu manusia, tetap berbeda
dengan ilmu Allah Swt.
Ilmu yang diperoleh hendaknya dijadikan bahan untuk mewujudkan
kebaikan hidup. Orang yang berilmu akan menampilkan perilaku percaya
diri dalam memahami, menjelaskan, dan memecahkan permasalahan
kehidupan.
Percaya diri yang dimaksud adalah dirinya meyakini bahwa ilmu
yang diperoleh dapat memudahkan dalam menjalani kehidupan.
Ilmu yang dimiliki akan terus berkembang dengan dorongan ketekunan.
Pelajar yang sukses tidak merasa cukup atas pengetahuan yang diperoleh. Ia
terus mendalami dan menggali ilmu sehingga ilmu menjadi penerang bagi
jalan kehidupannya. Ketekunan dalam belajar mendorong pelajar untuk
mengembangkan ilmu dengan luas dan dalam.
b. Al-Khabīr
Al-Khabīr artinya Maha Memberitahu. Al-Qur’an sebagai kalam Allah Swt
memberikan informasi kisah dan perisiwa orang-orang terdahulu. Melalui
Al-Qur’an pula, dapat diketahui bahwa peristiwa kiamat dan kehidupan
akhirat diberikan gambaran informasi oleh-Nya. Masih banyak lagi halhal yang telah diinformasikan oleh-Nya baik yang tampak maupun tidak
tampak. Hal ini sudah pasti kebenarannya. Hal itu tercantum dalam Q.S.
al-Mulk/67: 14 ِ
"Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan
Dia Maha Halus, Maha Mengetahui (Q.S. al-Mulk/67: 14)."
Perilaku yang mencerminkan pengakuan bahwa Allah Swt. Maha
Memberitahu adalah dengan ikhlas berbagi ilmu pengetahuan yang dimiliki
kepada orang lain. Selain itu, dengan menumbuhkan sikap murāqabah yaitu
perasaan senantiasa diawasi Allah Swt. Hal itu akan menumbuhkan mawas
diri dan pertimbangan atas segala langkah yang ditempuh dalam gerakgeriknya.
Terlebih lagi di era sekarang ilmu pengetahuan dapat disampaikan dengan
berbagai cara. Informasi itu dapat disampaikan baik secara langsung maupun
melalui berbagai media, seperti koran, majalah, televisi, situs jejaring sosial,
blog, dan website. Kalian juga dapat berbagi informasi pengetahuan melalui
majalah dinding di sekolahmu sebagai wujud meneladan al-Asmā’ al-Husnā,
al-Khabīr. Nah, sangat mudah bukan?
Namun, tetap harus memperhatikan
ketelitian kebenaran informasi ya.
Perolehan informasi memerlukan ketelitian. Setiap informasi
mengandung benar atau salah. Untuk informasi yang benar, kita bisa meneliti
baik isi maupun sumbernya. Begitu pula, pada informasi yang diragukan
kebenarannya, kehati-hatian dalam menyebarkannya menjadi keniscayaan.
c. Al-Samī’
Al-Samī’ memiliki arti bahwa Allah Swt. Maha Mendengar. Suara apapun di
alam semesta ini dapat terdengar oleh-Nya. Tidak ada satu suarapun yang
tidak luput dari pendengaran-Nya, meskipun suara itu pelan. Hal ini dapat
diperhatikan pada Q.S. al-Baqarah/2: 137:
“Maka jika mereka telah beriman sebagaimana yang kamu imani,
sungguh, mereka telah mendapat petunjuk. Tetapi jika mereka berpaling,
sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu), maka Allah
mencukupkan engkau (Muhammad) terhadap mereka (dengan pertolonganNya). Dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui (Q.S. al-Baqarah/2: 137).
Perilaku yang mencerminkan bahwa Allah Swt. Maha Mendengar
antara lain mau mendengarkan pembicaraan orang lain. Apalagi, orang yang
berbicara adalah orang tua atau guru. Terkadang kita tidak senang terhadap
yang disampaikan orang lain. Meskipun demikian, kita dapat menyampaikan
dengan bahasa dan sikap santun kepadanya.
d. Al-Baṣīr
Al-Baṣīr memiliki makna bahwa Allah Swt. Maha Melihat segala sesuatu.
Penglihatan-Nya menjangkau segala sesuatu, bahkan yang lembut dan
kecil sekalipun. Langit dan bumi dan seluruh alam semesta tidak luput dari
penglihatan-Nya Allah Swt. Hal ini dapat dipahami melalui firman-Nya
berikut ini: ِ
“Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad)
pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi
sekelilingnya) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Q.S.
al-Isra’/17:1)
3. Perilaku percaya diri, tekun, teliti, menjadi pendengar yang baik, dan visioner.
Pemahaman mengenai al-Asmā’ al-Husnā di atas hendaknya dijadikan
landasan dalam menjalani kehidupan. Sifat-sifat Allah Swt yang dicerminkan
pada al-’Alīm, al-Khabīr, al-Samī’, dan al-Baṣīr hendaknya dijadikan
pendorong untuk melakukan kebaikan dalam kehidupan. Sebagai cerminan
dari pemahanan ini, kalian dapat mewujudkan perilaku yang baik antara
lain:
a. Mewujudkan percaya diri
atas ilmu yang diberikan oleh
Allah Swt. untuk menjelaskan
kebenaran.
b. Tekun dalam belajar dan pada
sesuatu yang dianggap baik
oleh agama.
c. Berperilaku jujur dalam
perkataan dan perbuatan
dalam sehari-hari.
d. Teliti dalam belajar,
mengerjakan soal, dan dalam
menjalani aktivitas sehari-hari.
e. Senantiasa mendengarkan perintah dan nasehat Bapak/ Ibu Guru.
f. Menjadi pendengar yang baik.
g. Memiliki pandangan ke depan (visioner) sehingga mampu secara
bertahap mewujudkan cita-cita yang dikehendaki.
Contoh Soal PAI dan BP Kls 7 Bab 2 Meneladan Nama dan Sifat Allah Untuk Kebaikan Hidup
1. Sifat-sifat Allah Swt dan al-Asmā’ al-Husnā dalam Al-Qur’an dan sunah
merupakan kesempurnaan mutlak dari sifat-sifat-Nya dari segala
kekurangan. Al-Asmā’ al-Husnā berarti …
A. Sifat-sifat Allah Swt
B. Nama-nama indah bagi Allah Swt
C. Nama-nama rasul yang baik
D. Sifat-sifat Rasulullah saw
2. Subhanallah, alam semesta dengan segala isinya sangat indah. Allah Swt.
telah menciptakannya dengan rinci. Semuanya sesuai dengan kehendakNya, dan bekerja sesuai dengan sunah-Nya. Hal ini membuktikan bahwa
Allah Swt …
A. Maha Mendengar
B. Maha Melihat
C. Maha Mengetahui
D. Maha Teliti
3. Farhan menemukan uang sebesar Rp. 100.000,00 di halaman sekolah. Ia
sangat senang sekali karena pada saat itu ia sangat membutuhkan uang.
Ia ingin mengambil dan menggunakannya. Namun, ia sadar bahwa
uang itu bukan miliknya. Ia tidak ingin menggunakan uang yang bukan
miliknya. Peristiwa ini menggambarkan keyakinan bahwa Allah Swt.
memiliki sifat….
A. Al-Samī’
B. Al-Baṣīr
C. Al-’Alīm
D. Al-Khabīr
4. Untuk membuktikan kebenaran Allah Swt. dapat dipergunakan dalil
naqli dan dalil aqli. Dalil naqli adalah dalil yang berdasarkan …
A. Pemikiran yang matang
B. Pendapat cendikiawan
C. Al-Qur’an dan hadis
D. Hukum yang berlaku
5. Secara diam-diam Bahar menusuk ban sepeda motor milik Umar
dengan paku. Memang tidak ada seorangpun yang melihat perbuatan
jahat Bahar tersebut, tetapi Allah Swt. melihatnya karena Allah Swt
mempunyai sifat …
A. Al-Khabīr
B. Al-Baṣīr
C. Al-Samī’
D. Al-’Alīm
Posting Komentar
Posting Komentar